PENYAKIT
INFEKSI KARENA IMUNOLOGI
PADA IBU
DAN ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih
komponen sistem imun tidak aktif. Kemampuan sistem untuk merespon patogen
berkurang pada golongan muda dan tua. Dengan respon imun mulai berkurang pada
usia sekitar 50 tahun karena Imunosenescence. Dinegara-negara berkembang
obesitas, penggunaan alkohol, narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi
imun yang buruk. Belakangan ini adalah akibat paling umum yang menyebabkan
defisiensi imun di negara berkembang. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuan
untuk melindungi tubuh juga berkurang. Membuat patogen juga termasuk yang
menyebabkan penyakit. Seperti Syndrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang
disebabkan Retro virus HIV. Apabila AIDS ini diderita oleh wanita yang sedang
mengandung, maka janin wanita tersebut jelas akan tertular AIDS ini. Imunitas
bawaan dan adaptif tergantung pada sistem imun untuk memusnahkan baik molekul asing
oleh sistem imun. Sebaiknya molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai
molekul asing.
B. Tujuan
- Mensosialisasikan penyakit infeksi karena imunologi khususnu\ya pada ibu dan anak
- Meningkatkan kewaspadaan pembaca akan bahaya penyakit infeksi karena imunologi pada ibu dan anaksendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri adalah komponen tubuh organisme yang dapat di musnahkan dari bahan
- Memaparkan lebih jelas penyakit infeksi karena imunologi
- Mengetahui penularan penyakit karena imunologi
- Merupakan gangguan karena imunitas
C. Dasar Teori
- Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor
- Lapisan Pelindung pada Imunitas
Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi, dengan lapisan
pelindung kekhususan yang meningkat
- Perisai permukaan
Beberapa
perisai melindungi organisme dari infeksi, termasuk perisai mekanikal, kimia
dan biologi
- Imunitas bawaan
Sistem imun bawaan adalah sistem dominan pertahanan seseorang pada
kebnyakan organisme
- Pelindung Humoral dan Kimia
- Peradangan
Peradangan
adalah salah satu dari respon partama sistem imun terhadap infeksi
- Sisten Komplemen
Sistem Komplemen adalah kaskade biokimia yang menyerang permukaan sel
asing
- Perisai Selular sistem imun bawaan
- Imunitas Adaptif
- Limfosit sel
Sistem imun adaptif dengan tipe spesial leukosit
- Sel T pembunuh
Sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan
virus/merusak dan mematikan patogen
- Sel T pembantu
Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu
menentukan tipe respon imun mana yang tumbuh akan membuat pada patogen khusus
- sel T g d
- Antibodi dan limfosit B
- Imunitas adaptif alternatif
- Memori imunologi
- Memori pasif
- Gangguan pada imunitas
1.
Definisi umum
2.
Autoimunitas
3.
Hipersensitifitas
- Sejarah imunologi
o
imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur
dan fungsi imunitas, penemunya Paul Ehrlich
o
Louis Pasteur meneliti vaksinasi dan teori
penyakit kuman
o
Robert Kock 1891 membuktikan bahwa mikroorganisme
penyebab penyakit infeksi
o
Walferd Reed 1901 menemukan virus demam kuning
o
Paul Erlich mengusulkan teori rantai sisi
o
Ellie Metchnikoff pendiri imunologi seluler
o
Metodelogi
o
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini cara kami mencari data-data adalah melalui:
o
Browsing
o
Metode pengumpulan data dengan cara mengunjungi
website-website diinternet yang berhubungan dengan permasalahan yang terkait.
BAB II
ISI
Imunologi adalah suatu cabang yang luas
dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua
aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain
mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun
pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik
fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo.
Sistem kekebalan atau sistem imun
adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan
terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko
terkena beberapa jenis kanker.
Infeksi
Torch Pada Kehamilan
Berbahaya bagi janin
Berbahaya bagi janin
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat
jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat
jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil.
kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
1.TOXOPLASMA
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
2.RUBELLA
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
3.CYTOMEGALOVIRUS(CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
2.RUBELLA
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
3.CYTOMEGALOVIRUS(CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
4.HERPES SIMPLEKS TIPE II
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
5.HIV/AIDS
Epidemi
HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman yang berat
bagi pembangunan dan kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami
peningkatan pesat. Peningkatan yang tajam banyak dijumpai pada kasus orang
dewasa terutama pengguna narkoba, pekerja seks maupun pelanggannya.
Menurut data Dirjen P2MPLP Depkes RI, tercatat sejak April 1987 hingga
Maret 2004 terdapat 4.159 kasus HIV/ AIDS dengan 2.746 menderita HIV, 1.413
menderita AIDS dan 493 meninggal dunia. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia
yang terinfeksi HIV/ AIDS sekitar 120.000 orang dan infeksi baru sekitar 80.000
orang. Angka-angka tersebut diatas diperoleh dari pemeriksaan darah anonymunlinked
yang artinya darah yang diperiksa tidak diketahui orangnya. Karena masa
inkubasi HIV/ AIDS sekitar 5-10 tahun dan masih adanya penolakan dari penderita
yang terinfeksi. Perlu diingat bahwa HIV/ AIDS belum ada vaksin untuk mencegah
dan cara pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung pada kesadaran
masyarakat dan perubahan perilaku individu hidup sehat dan penggunan kondom
bagi yang berperilaku resiko tinggi. Adapun tujuan dari penanggulangan ini
adalah megurangi dampak sosial dan ekonomi serta mencegah dan memberantas
penyakit infeksi menular seksual. Bayangan ancaman pada tahun 2010 sekitar
100.000 orang yang menderita/ meninggal akibat AIDS dan 1 juta orang mengidap
virus HIV.
Definisi
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome,
merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai
gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan
tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus.
Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat
meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem
imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering
berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open)
dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup
dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam
darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain
itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9,
sodium klorida dan sodium hidroksida.
Gejala Infeksi HIV/ AIDS
- Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
- Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun.
- Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk dalam fase AIDS.
- AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.
Stadium Infeksi
AIDS Council of NSW
Stadium 1 Infeksi primer:
Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali dengan keluhan “seperti
flu”.
Stadium 2 Kelainan tanpa gejala:
Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai beberapa
tahun.
Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala:
Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, keringat
malam, dll.
Stadium 4 Kelainan berat:
Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena daya tahan
tubuh yang menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).
WHO
Stadium I
Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang
menetap. Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.
Stadium II
Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang
ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada
mukosa mulut yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster
terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang
berulang, misalnya sinusitis karena infeksi bakteri. Tingkat aktivitas
2: dengan gejala, aktivitas normal.
Stadium III
Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih
pada mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi bakteri yang
berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3:
terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.
Stadium IV
- Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
- Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
- Toksoplasmosis pada otak.
- Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
- Kriptokokosis di luar paru.
- Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.
- Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.
- PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.
- Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
- Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
- Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
- Septikemia salmonela bukan tifoid.
- TB di luar paru.
- Limfoma.
- Kaposi’s sarkoma.
- Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.
Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1
bulan terakhir.
Kelompok Resiko
Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/
AIDS adalah pekerja seks komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat,
kaum homoseksual, penyalahguna narkoba suntik dan penerima darah atau produk
darah yang berulang.
Dampak HIV/ AIDS
Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah :
menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian
tinggi dikarenakan penularan virus HIV/ AIDS pada bayi, anak dan orang tua;
serta adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/
AIDS masih kuat.
Cara Penularan
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani
(semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak.
Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah
kecil tidak berpotensi menularkan HIV.
Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum
suntik yang digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah
dan hasil olahan darah, transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada
bayinya(sewaktu hamil, melahirkan maupun menyusui). HIV tidak ditularkan
melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung dengan penderita HIV (bersalaman,
berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French
kissing), maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.
Penularan HIV/ AIDS :
- Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
- Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV.
- Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.
- Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.
HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman,
berpelukan, tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.
Cara Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai
perilaku beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi
dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya adalah dengan tidak
berganti-ganti pasangan seksual (monogami), penggunaan kondom untuk mengurangi
resiko penularan HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba
dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan dan
jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan
seksual aman). Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan
mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada
bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta
menghindari darah penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.
Pemeriksaan HIV/ AIDS
Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu
dalam pencegahan dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko
dilakukan setiap 6 bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi faktor
resiko. Apabila sudah terdiagnosis infeksi HIV dilakukan dengan dua cara
pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot.
Tes Western blot dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk
negara berkembang dinjurkan oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang
dilakukan 2-3 kali.
Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan infeksi HIV :
1. Tes Elisa – Keuntungan : murah; efisien; cocok untuk testing dalam
jumlah besar; dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian HIV; cocok dalam
surveilans dan pelayanan transfuse darah terpusat. Kelemahan : butuh staf dan
tehnisi laboratorium yang terampil dan terlatih; peralatan canggih; sumber
listrik konstan; waktu yang cukup.
2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat; menggunakan sampel
darah lengkap (whole blood); tidak butuh peralatan khusus; sederhana;
dapat dikerjakan oleh staf dengan pelatihan terbatas; tidak perlu listrik;
dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel; hasil mudah dibaca; punya kontrol
internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal untuk spesimen terbatas.
Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin pendingin (2o C
dan 30 o C); meningkatkan potensi testing wajib; pemberitahuan hasil
tes tidak terpikirkan implikasinya.
3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih
sederhana; cocok untuk orang yang menolak memberikan darah; menurunkan resiko
kerja; lebih aman (karena mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti
prosedur testing yang spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing mandatory;
mendorong timbulnya mitos penularan HIV lewat ciuman; belum banyak
dievaluasi di lapangan.
4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk memastikan
suatu hasil positif dari tes pertama. Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan
khusus; pemeriksa harus terlatih.
5. Antigen Virus - Keuntungan : mengetahui infeksi dini HIV;
skrinning darah; mendiagnosis infeksi bayi baru lahir; memonitor pengobatan
dengan ARV. Kelemahan : kurang sensitif untuk tes darah.
6. VCT (Voluntary Counseling And Testing) - Kelemahan : perlu
pelayanan konseling yang efektif; konselor perlu disupervisi; konselor
terkadang perlu konseling.
Pengobatan HIV/ AIDS
Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV
(antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.
Jenis obat-obat antiretroviral :
- Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
- Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.
- Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).
- Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
- Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
- Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.
Perawatan dan Dukungan
Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting
sekali. Hal tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam
pergaulan. ODHA sangat memerlukan teman untuk memberikan motivasi hidup dalam
menjalani kehidupannya. HIV/ AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang
mengidap HIV/ AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa yang mereka inginkan.
Kiat Hidup Sehat Dengan
HIV/AIDS
1) Makan makanan bergizi. 2) Tetap lakukan kegiatan dan bekerja/
beraktivitas. 3) Istirahat cukup. 4) Sayangilah diri sendiri.
5) Temuilah teman/ saudara sesering mungkin. 6) Temui dokter bila ada
masalah/ keluhan. 7) Berusaha untuk menghindari infeksi lain, penggunaan
obat-obat tanpe resep dan hindari mengurung diri sendiri.
Perawatan di rumah (home
care)
1. Melakukan pendidikan pada odha dan keluarga tentang pengertian, cara
penularan, pencegahan, gejala-gejala, penanganan hiv/ aids, pemberian
perawatan, pencarian bantuan dan motivasi hidup.
2. Mengajar keluarga ODHA tentang bertanya dan mendengarkan, memberikan
informasi dan mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar dan menjawab
pertanyaan, menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar dan mandiri serta
pemecahan masalah.
3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci tangan, menjaga kain
sprei dan baju tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.
4. Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air
bersih dan matang untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/
hidung saat batuk/ bersin, buanglah sampah pada tempatnya.
5. Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan
obat nyamuk.
6. Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan memberikan makanan
terbaik (ASI), memberikan imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah
terinfeksi, serta memperlakukan anak secara normal.
7. Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA.
Gejala-gejalanya seperti demam, diare, masalah kulit, timbul bercak putih
pada mulut dan tenggorokan, mual dan muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan
serta kecemasan dan depresi.
8. Perawatan paliatif (untuk memberikan perasaan nyaman dan menghindari
keresahan, membantu belajar mandiri, menghibur saat sedih,membangun motivasi
diri).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunologi adalah suatu cabang yang luas
dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua
aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain
mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun
pada gangguan imunologi. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah
sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang.
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis
penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat
jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil.
kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
B.
Saran
Gabungan dari empat jenis
penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat
jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil oleh karena itu kami mengharapkan pembaca meningkatkan
kewaspadaan akan penyakit ini. Semoga pembaca mendapat pengetahuan yang
bermanfaat dari makalah kami ini. Dalam makalah kami ini tentunya masih jauh
dari sempurna untuk itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman.
No comments:
Post a Comment