PERSYARAFAN (NEUROLOGI)
A.
Definisi Persyarafan
(Neurologi)
Persyarafan (Neurologi) adalah cabang dari ilmu kedokteran yang menangani kelainan pada sistem saraf. Dokter yang mengkhususkan dirinya pada bidang neurologi
disebut neurolog dan memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, merawat, dan memanejemen pasien dan kelainan saraf. Kebanyakan para neurolog dilatih
untuk menangani pasien dewasa. Untuk anak-anak dilakukan oleh neurolog
pediatrik, yang merupakan cabang dari pediatri atau ilmu kesehatan anak.
B.
Sistem
Persarafan Pada Janin
Pembentukan
sistem saraf pada janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5
terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah
lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut
yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Neurulasi
adalah pembentukan lempeng neural (neural plate) dan lipatan neural (neural
folds) serta penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang terbenam
dalam dinding tubuh dan berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis. Pada
mulanya, tabung ini menutup pada tempat dimana akan terjadi pertemuan antara
otak dan medula spinalis, sehingga kedua ujungnya menjadi terbuka. Pada saat
tersebut, embrio melipat pada sumbu panjangnya sendiri dan membentuk lipatan
kepala pada tabung neural ditempat pertemuan ini. Ujung kranial tabung neural
menutup, di ikuti penutupan tabung kaudalnya. Selama minggu kelima, tingkat
pertumbuhan yang berbeda menimbulkan banyak lekukan pada tabung neural,
sehingga dihasilkan tiga daerah otak : otak depan, otak tengah dan otak
belakang.
~ Otak
depan berkembang menjadi mata (saraf kranial II) dan hemisfer otak.
Perkembangan semua daerah korteks serebri terus berlanjut sepanjang masa
kehidupan janin dan masa kanak-kanak. Sistem olfaktorius dan thalamus juga
berkembang dari otak depan.
~ Saraf
kranial III dan IV (occulomotorius dan trochlearis) terbentuk dari otak tengah.
~ Otak
belakang membentuk medula, spons, serebelum dan saraf kranial lain. Gelombang
otak dapat dicatat melalui elektroensefalogram (EGG) pada minggu ke-8.
~ Medula
spinalis terbentuk dari ujung panjang tabung neural. Pada mudigah, korda
spinalis berjalan sepanjang kolumna vertebralis, tetapi setelah itu korda
spinalis tumbuh lebih lambat. Pada minggu ke-24, korda sinalis memanjang hanya
sampai S1, saat lahir sampai L3 dan pada orang dewasa sampai L1. Mielinisasi
korda spinalis mulai pada pertengahan gestasi dan berlanjut sepajang tahun
pertama kehidupan. Fungsi sinaps sudah cukup berkembang pada minggu ke delapan
sehingga terjadi fleksi leher dan badan. Struktur ektodermal lainnya, yaitu
neural crest, berkembang menjadi sistem saraf perifer. Sel neural crest yang
terlepas dari tepi lateral lipatan neural, menghasilkan ganglion spinal dan
ganglion sistem autonom serta sejumlah sel jenis lain. Mesoderm paraksial, yang
paling dekat dengan notokord dan neural tube yang sedang berkembang,
berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok jaringan atau somit. Somit
pertama muncul pada hari ke-20. Terdapat sekitar 30 pasagan somit pada hari
ke-30 yang meningkat menjadi total 44 pasangan. Somit berdiferensiasi menjadi
sklerotom, miotom, dan dermatom yang masing-masing menghasilkan tulang rangka
sumbu, otot rangka dan dermis kulit.
1. Perkembangan
saraf janin intra uterus
a. Trimester
I (0 – 12 minggu)
·
Pada minggu ke-8, serabut-serabut saraf
tersebar ke seluruh tubuh.
·
Pada usia 10 minggu, rangsangan lokal
dapat memicu gerakan berkedip, gerakan membuka mulut, penutupan jari tangan
yang tidak sempurna, dan fleksi plantar jari kaki.
·
Minggu ke-11 atau ke-12, janin membuat
gerakan nafas, menggerakkan seluruh anggota geraknya dan mengubah posisi di dalam
rahim.
·
Janin dapat menghisap ibu jarinya dan
berenang dalam kolam cairan amnion, bersalto dan mungkin membuat simpul pada
korda umbilikalis.
·
Janin berespons terhadap kebisingan,
sinar yang kuat, stimulasi yang mengganggu pada kulit, dan penurunan suhu dengan
mengubah respons otonom, misalnya kecepatan denyut jantung dan dengan bergerak.
b. Trimester
II (12 – 28 minggu)
·
Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia
gestasi 14 minggu; “latihan fisik” diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan
ekstremitas.
·
Pada minggu ke-16, sistem saraf janin
mulai berfungsi. Stimulasi dari otak sudah di respons oleh otot-otot sehingga
janin bisa mengoordinasikan gerakannya.
·
Janin makin aktif bergerak. Dia
menendang-nendang bahkan melakukan aksi berputar dalam rahim ibu. Apabila gerakan
cukup kuat untuk di rasakan ibu sebagai gerakan bayi maka terjadilah
quickening. Untuk nulipara, perasaan ini biasanya di alami setelah minggu ke-16
gestasi. Pada multipara, quickening dapat dirasakan lebih awal. Pada waktu itu,
ibu menjadi sadar akan siklus tidur dan bangun janin.
c. Trimester
III (28 – 36 minggu)
·
Perkembangan pesat dalam tubuh janin
pada awal bulan ke-7 terjadi pada sistem saraf pusatnya, terutama pada otaknya.
Bagian otak yang mengalami perkembangan paling pesat adalah otak yang mengelola
proses penyampaian informasi kepada organ pendengaran serta organ penglihatan.
Perkembangan ini memungkinkan si kecil mampu mengenali dan membedakan antara
suara sang ibu dan anggota keluarga lainnya, meskipun suara yang didengar belum
sejernih suara aslinya. Kelopak matanya juga telah dapat membuka dan menutup.
·
Bola matanya telah dapat digunakan untuk
melihat. Bila si ibu berdiri di tempat yang cukup terang, si kecil dapat
melihat siluet benda-benda di sekitar ibunya.
·
Memasuki bulan ke-9, proses yang terjadi
bukanlah proses pembentukan, tetapi lebih bersifat penyempurnaan. Selama
trimester ketiga ini, integrasi fungsi saraf otot berlangsung secara pesat.
Pada
aterm, susunan saraf sudah siap untuk menerima dan mengolah informasi. Fungsi
korteks serebrum pada manusia relatif imatur dibandingkan dengan yang ditemukan
pada spesies mamalia lainnya. Mielinisasi sempurna jalur motorik yang panjang
terjadi setelah lahir, sehingga gerakan halus jari tangan, misalnya, belum
tampak sampai beberapa bulan setelah lahir.
2. Perkembangan
saraf janin ekstra uterus
Setelah
lahir, susunan saraf mengalami perkembangan pesat sebagai respons terhadap
peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedikit tertekan pada 24 jam
pertama, terutama apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia narkotik,
tetapi kemudian beberapa refleks mulai tampak. Pada kasus asfiksia berat, skor
Apgar yang rendah atau kerusakan saraf, refleks tertekan atau mungkin
memerlukan waktu lebih lama untuk muncul.
·
Refleks menggenggam atau refleks Moro adalah
refleks yang terjadi sebagai respon terhadap rangsangan yang mendadak, digunakan
untuk menilai kemampuan refleks bayi baru lahir.
·
Perkembangan Saraf Janin Ekstra Uterus
·
Refleks
rooting : Bayi akan memutar ke arah sumber rangsangan dan membuka mulut, bersiap
untuk menyusui jika disentuh di pipi/tepi mulut.
·
Refleks
mengisap dan menelan : refleks ini berkembang dengan baik pada bayi yang normal
dan terkoordinasi dengan pernapasan
·
Refleks
muntah, batuk, dan bersin : Refleks ini melindungi bayi dari sumbatan jalan
napas
·
Refleks
berkedip dan kornea : Refleks ini melindungi mata dari trauma
·
Refleks
menggenggam : Refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat dengan meletakkan
pensil/jari ditelapak tangan bayi.Selain itu dapat di tunjukkan dengan cara menyentuh
bagian bawah jari kaki.
·
Refleks
melangkah dan berjalan : Jika di sangga pada posisi tegak dengan kakinya
menyentuh permukaan datar, bayi seperti mencoba berjalan. Jika digendong dengan
tibia menyentuh ujung meja, bayi akan mencoba menaiki meja tersebut.
·
Refleks
tonus leher yang tidak simetris : Pada posisi telentang, ekstremitas di sisi
tubuh dimana kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi lainnya
fleksi
·
Respons
menarik : Jika bayi di tarik pergelangan tangannya hingga posisi duduk, kepala
bayi pada awalnya akan jatuh ke belakang, kemudian ke kanan sebentar sebelum
jatuh ke depan ke arah dada
·
Penahan
ventral : jika di tahan pada tangan pemeriksa dengan posisi telungkup, bayi
akan menahan posisi kepala sebentar dengan badannya dan menekuk ekstremitasnya
·
Bayi juga memperlihatkan genggaman
palmar yang kuat dan gerakan melangkah ritmik. Banyak refleks yang terdapat
pada neonatus akan menghilang kecuali apabila terjadi proses patologis, yaitu
refleks tersebut muncul pada masa dewasa.
·
Bayi memperlihatkan kesadaran umum akan
keadaan di sekitarnya dan bereaksi terhadap suara dan cahaya.
·
Bayi lahir dengan jalur sensorik yang
aktif (Haith, 1996).
·
Penelitian membuktikan bahwa neonatus
dapat mengenali bau ASI. Mereka dapat membedakan rasa dan tampaknya lebih
menyukai rasa manis.
·
Walaupun bayi sudah dapat melihat pada
saat lahir, terjadi perkembangan pesat kemampuan visual dalarn 6 bulan pertama.
·
Neonatus memperlihatkan ketajaman
penglihatan yang terbatas tetapi tampaknya berfokus pada jarak 20 cm. Sejak
lahir, bayi dapat membedakan antara kontras dan kontur serta dapat mengikuti
gerakan.
·
Neonatus mampu mendengar dan membedakan
suara, terutama yang berfrekuensi rendah sampai sedang. Penelitian membuktikan
bahwa neonatus dapat mengenal suara ibu mereka dan lebih menyukai intonasi
ritmik mengalun seperti menyanyi (DeCasper & Fifer, 1980) Neonatus terbuai
oleh suara ritmik bernapas, denyut jantung, dan peristaltik usus, yang mereka
dengar, misalnya, selagi digendong.
·
Bayi tampak terfokus pada rangsang visual
dan tampaknya mengolah informasi sensorik.
·
Pada keadaan terjaga aktif, kecepatan
pernapasan meningkat den ireguler.
·
Terjadi perubahan warna kulit, banyak
aktivitas, dan bayi memperlihatkan peningkatan kepekaan terhadap rangsangan.,
Menangis adalah cara berkomunikasi yang biasanya merupakan respons terhadap
rangsangan yang tidak menyenangkan. Biasanya neonatus menutup mata mereka,
menyeringai, dan mengeluarkan suara. Namun, bayi prematur mungkin tidak mampu
membuat keributan.
Dahulu
pernah dianggap bahwa tingkat mielinisasi yang belum sempurna dan tidak adanya
pengalaman menyebabkan neonatus tidak dapat merasakan nyeri. Persyaratan
anatomis dan fungsional untuk merasakan nyeri sudah berkembang sejak awal dan
neonatus memperlihatkan respons fisiologis setupa dengan orang dewasa (Porter,
1989). Pengeluaran katekolamin dan kortisol meningkat, kecepatan denyut jantung
dan pernapasan berubah, laju metabolisms dan konsumsi oksigen meningkat, dan
kadar glukosa darah meningkat. Kecepatan penyaluran rangsang mungkin lebih
lambat tetapi jarak antara reseptor nyeri dan otak yang lebih pendek
mengompensasi hal tersebut. Penilaian nyeri mungkin sulit dilakukan karena
nyeri dapat diekspresikan secara berbeda; ekspresi wajah dapat digunakan,
tetapi sebagian bayi cenderung menarik diri dan meningkatkan kepasifan dan pola
tidur sebagai respons terhadap nyeri.
C.
Gangguan
Persyarafan Bayi Baru Lahir
1.
Cerebral Palsy
a. Definisi
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan
dan postur yang tidak progresif oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada
sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai
pertumbuhannya. (Bax, dikutip oleh Soetjiningsih, 1998).
Cerebral palsy adalah gangguan pada otak yang
bersifat non progresif.gangguan ini dapat disebabkan oleh adanya lesi atau
gangguan perkembangan pada otak ( Shepered,1995 ). Sedangkan menurut Bobath
(1996) Cerebaral palsy adalah akibat dari lesi atau gangguan perkembangan otak
bersifat non progresif dan terjadi akibat bayi lahir terlalu dini ( prematur).
Defisit motorik dapat ditemukan pada pola abnormal dari postur dan
gerakan.
Diplegi adalah tipe dari cerebaral palsy yang
mengenai tungkai dimana ektremitas atas lebih ringan dari pada ektremitas bawah
(Miller & Bachrach,1998).
Berdasarkan Penjelasan di atas Cerebral palsy
spastik diplegi adalah gangguan pada otak yang bersifat non progresif yang
disebabkan oleh adanya lesi atau perkembangan abnormal pada otak yang ditandai
dengan meningkatnya reflek tendon,stertch reflek yang berlebihan
hiperkontraktilitas otot dan klonus yang terjadi pada anggota gerak dimana
anggota gerak atas lebih ringan dari pada anggota gerak bawah sehingga
penderita mengalami untuk mempertahankan keseimbanganya.
b. Etiologi
Penyebab CP secara umum dapat terjadi pada
tahap prenatal, perinatal dan post natal.
1) Prenatal
Potensi yang mungkin terjadi pada tahap prenatal adalah infeksi pada
masa kehamilan. Infeksi merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan
kelainan pada janin, misalnya infeksi oleh lues, toksoplasma, rubela dan
penyakit inklusi sitomegalik. Selain infeksi, anoksia dalam kandungan (anemia,
kerusakan pada plasenta), radiasi sinar-X dan keracunan pada masa kehamilan juga
berpotensi menimbulkan CP.
2) Perinatal
Pada masa bayi dilahirkan ada beberapa resiko yang dapat menimbulkan
CP, antara lain:
a) Brain
injury
Brain injury atau cidera pada kepala bayi dapat mengakibatkan:
·
Anoksia/hipoksia
Anoksia merupakan keadaan saat bayi tidak mendapatkan oksigen, yang
dapat terjadi pada saat kelahiran bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik, partus
lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen
tertentu dan lahir dengan bedah caesar.
·
Perdarahan
otak
Perdarahan dapat terjadi karena trauma pada saat kelahiran misalnya
pada proses kelahiran dengan mengunakan bantuan instrumen tertentu. Perdarahan
dapat terjadi di ruang sub arachnoid. Perdarahan di ruang subdural dapat
menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastik.
b) Ikterus
Ikterus pada masa neonatal dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
yang permanen akibat masuknya bilirubin ke ganglia basalis, misalnya pada
kelainan inkompatibilitas golongan darah
c) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa CP.
d) Prematuritas
Prematuritas dapat diartikan sebagai kelahiran kurang bulan, lahir
dengan berat badan tidak sesuai dengan usia kelahiran atau terjadi dua hal
tesebut. Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak
lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim,
faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
Pada cerebral palsy spastik diplegi biasanya terjadi pada kasus kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan anoksia berat pada saat kelahiran.
Pada cerebral palsy spastik diplegi biasanya terjadi pada kasus kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan anoksia berat pada saat kelahiran.
3) Post
natal
Pada masa pascanatal bayi beresiko mendapatkan paparan dari luar yang
dapat mempengaruhi perkembangan otak, yang mungkin dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada otak. Kerusakan yang terjadi pada jaringan otak
setelah proses kelahiran yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan CP,
misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensepalitis dan luka parut pada otak
pasca bedah dan bayi dengan berat badan lahir rendah.
c. Patologi
CP spastik diplegi dari beberapa literatur
diasumsikan oleh karena adanya haemorage dan periventricular leukomalacia pada
area subtanstia alba yang merupakan area terbesar dari kortek motor.
Periventricular leukomalacia adalah necrosis dari substasia alba sekitar
ventrikel akibat dari menurunnya kadar oksigen dan arus darah pada otak yang
biasanya terjadi pada spastik diplegi. Periventricular leukomalacia sering
terjadi bersamaan dengan lesi haemoragic dan potensi terjadi selama apnoe pada
bayi prematur. Baik periventricular leukomalacia maupun lesi haemoragic dapat
menyebabkan spastik diplegi. Hal ini sekaligus menguatkan arti patogenesis
adalah kejadian kerusakan pada white matter (de Vriest et al, 1985 yang dikutip
Sheperd, 1995).
d. Tanda dan Gejala
Pada anak dengan CP spastik diplegi pada
umumnya ditandai dengan adanya:
·
gangguan
yang lebih berat yang mengenai anggota gerak bawah dengan distribusi yang
seimbang diantara kedua tungkai, pada anggota gerak atas mengalami gangguan
yang sangat
ringan bahkan tidak ada
·
hiper
reflek patellar reflek,
·
gerak
rotasi tidak berkembang secara sempurna,
·
gerakan
yang terjadi adalah gerakan dengan pola gerak inner range pada sendi anggota
gerak
e. Prognosis
Prognosis pasien cerebral palsy spastik
diplegi dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
1) Berat ringannya kerusakan yang
dialami pasien.
Menurut tingkatannya cerebral palsy spastik diplegi secara umum
diklasifikasikan dalam tiga tingkat yaitu mild, moderate dan severe. Pasien
dengan mild diplegia dapat berjalan tanpa menggunakan alat bantu seperti kruk
atau walker, dan dapat bersosialisasi dengan baik dengan anak-anak normal
seusianya pasien. Pada moderate diplegi pasien mampu untuk berjalan saat
melakukan aktifitas sehari-hari tetapi terkadang masih membutuhkan alat bantu
seperti kruk ataupun walker. Namun demikian untuk perjalanan jauh atau
ektifitas berjalan dalam waktu yang relatif lama dan jarak tempuh yang relatif
jauh, pasien masih memerkulan bantuan kursi roda, seperti pada saat
berjalan-jalan ke pusat belanja, taman hiburan atau kebun binatang. Sedangkan
pada severe diplegi pasien sangat tergantung pada alat bantu untuk berjalan
meskipun anya untuk mencapai jarak yang dekat, misalnya untuk berpindah dari
satu ruangan ke ruangan yang lain dalam satu rumah. Pasien sangat tergantung
pada kursi roda untuk melakukan aktifitas di tempat umum, meskipun demikian
pada umumnya pasien dengan severe diplegi dapat mengendarai
kursi roda secara mandiri.
2) Pemberian terapi pada pasien cerebral palsy
spastik diplegi.
Pemberian terapi dengan dosis yang tepat dan adekuat juga berpengaruh
terhadap prognosis pasien. Semakin tepat dan adekuat terapi yang diberikan
semakin baik prognosisnya.
3) Daya tahan tubuh pasien
Dengan daya tahan tubuh yang baik akan mempermudah pasien untuk
mengembangkan kemampuannya pada saat latihan sehingga pasien dapat melakuka
aktifitas sehari-hari secara mandiri.
4) Lingkungan tempat pasien tinggal dan
bersosialisasi.
Peran lingkungan terutama keluarga sangat mempengaruhi perkembangan
pasien, dukungan mental yang diberikan keluarga kepada pasien sangat dibutuhkan
pasien tidak hanya pada saat menjalani terapi sehingga pasien bersemangat
setiap kali menjalani sesi latihan tetapi juga untuk menumbuhkan rasa percaya
diri pasien untuk bersosialisasi dengan dunia luar.
f. Pencegahan
Untuk mencegah mendapat bayi dengan CP, ada
beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
1) Jangan menikah pada umur yang terlalu muda
2) Jangan menikah dengan pasangan yang masih ada
hubungan keluarga
3) Jagalah kesehatan fisik dan mental pada waktu
kehamilan
4) Hindari rokok, minuman beralkohol, obat-obatan
yang tidak dianjurkan dokter
5) Lakukan aktifitas fisik sehari-hari yang sehat
dan menyenangkan
6) Usahakan agar selalu dapat istirahat dan tidur
nyenyak
7) Memeriksakan secara teratur pada
dokter sejak mulai kehamilan
g. Penatalaksanaan
Teknologi intervensi fisioterapi yang
digunakan untuk menangani problematik yang ada pada kondisi CP spastik diplegi
meliputi latihan pada mobilitas trunk, passive stretching dan latihan gerak
aktif dengan pendekatan play therapy serta latihan berjalan.
1) Latihan pada mobilitas trunk
Merupakan gerakan atau aktifitas yang diberikan baik pasif maupun
aktif ke seluruh luas gerak tubuh (fleksi, ekstensi, side fleksi dan rotasi
trunk) yang bertujuan untuk memperbaiki co-contraksi otot-otot trunk untuk
mencapai fleksibilitas trunk yang diharapkan dapat memperbaiki postur yang
cenderung kifosis pada anak. Pada akhir gerakan pasif dapat disertai dengan
pemberian stretching dan elongasi.
2) Stretching
Stretching adalah suatu bentuk terapi yang di desain untuk mengulur
struktur jaringan lunak yang mengalami pemendekan secara patologis dan dengan
dosis tertentu dapat menambah range of motion. Passive stretching dilakukan
ketika pasien dalam keadaan rileks, menggunakan gaya dari luar, dilakukan
secara manual atau dengan bantuan alat untuk menambah panjang jaringan yang memendek
(Kisner & Colby, 1996)
3) Latihan gerak aktif dengan
pendekatan play therapy
Latihan ini diberikan dengan melibatkan anak secara aktif. Pada
pendekatan ini anak akan diberikan bentuk-bentuk latihan aktifitas fungsional
yang akan dilakukan bersamaan dengan bermain untuk tujuan meningkatkan
aktivitas fungsional, seperti latihan berdiri dan berjalan.
4) Latihan
pola jalan
Latihan
pola jalan dilakukan dengan tujuan mengajarkan pola jalan yang benar pada anak
sehingga anak dapat berjalan dengan pola yang baik dan benar, atau paling tidak
mendekati pola jalan yang benar.
2. Penyakit
Meningitis
a.
Definisi
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane
atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan
berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk
kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.
b.
Etiologi
Meningitis yang disebabkan
oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan
yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan
kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya
kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis
disebabkan oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang
mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.
Bakteri yang dapat
mengakibatkan serangan meningitis diantaranya :
1)
Streptococcus pneumoniae
(pneumococcus)
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis
pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan
infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus)
2)
Neisseria meningitidis
(meningococcus)
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak
setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada
saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran
darah
3)
Haemophilus influenzae
(haemophilus)
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis
bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai
penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis.
Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan
pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.
4)
Listeria monocytogenes
(listeria)
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa
menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu
dan dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju,
hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal
(peliharaan)
5)
Bakteri lainnya yang juga
dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
c.
Tanda dan
Gejala
Gejala yang khas dan umum
ditampakkan oleh penderita meningitis diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit
kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan
sampai 2 hari. Tanda dan gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari sorotan
cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual,
muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan
tak sadarkan diri.
Pada bayi gejala dan tanda
penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui, namun umumnya bayi akan
tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui.
d.
Pencegahan
Meningitis yang disebabkan
oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1
sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu
batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang
mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mencuci tangan yang
bersih sebelum makan dan setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan.
Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga yang
teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam penyakit.
Pemberian Imunisasi vaksin
(vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang tepat terutama didaerah yang diketahui
rentan terkena wabah meningitis, adapun vaccine yang telah dikenal sebagai
pencegahan terhadap meningitis diantaranya adalah:
·
Haemophilus influenzae
type b (Hib)
·
Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
·
Pneumococcal
polysaccharide vaccine (PPV)
·
Meningococcal conjugate
vaccine (MCV4)
Vaksin adalah untuk
pencegahan, jenis vaksin terbaru adalah Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
(merk dagang "Prevnar"). Vaksin ini dikatakan dapat mencegah
terjadinya Meningitis pneumonia pada usia anak atau dewasa
e.
Penatalaksanaan
Apabila ada tanda-tanda
dan gejala seperti di atas, maka secepatnya penderita dibawa kerumah sakit
untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif. Pemeriksaan fisik,
pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah (elektrolite, fungsi hati dan
ginjal, serta darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru akan
membantu tim dokter dalam mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksaan yang
sangat penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah pemeriksaan
Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak).
Jika berdasarkan
pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka pemberian antibiotik
secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan
serta mengurang atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan
kepada penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.
Adapun beberapa antibiotik
yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin
(ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan
Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau Ceftriaxone. Treatment
atau therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang timbul, misalnya
sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain
sebagainya.
Antibiotik diberikan untuk penyembuhan infeksi meningitis, dengan terbasminya bakteri maka secera otomatis tidak terjadi penyebaran atau perambatan.
Antibiotik diberikan untuk penyembuhan infeksi meningitis, dengan terbasminya bakteri maka secera otomatis tidak terjadi penyebaran atau perambatan.
3.
Mega Kolon/Penyakit
Hisprung
a.
Definisi
Mega
kolon/penyakit hisprung adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya
permasalahan pada persyarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus
di atasnya. Syaraf yang berguna untuk membuat usus bergerak melebar dan
menyempit biasanya tidak ada sama sekali atau kalaupun ada sedikit sekali.
b. Etiologi
Beberapa
penyebab mega kolon/penyakit hisprung antara lain:
·
Keturunan, karena penyakit ini merupakan
penyakit bawaan sejak lahir
·
Faktor lingkungan
·
Tidak adanya sel-sel ganglion dalam
rectum atau bagian rectosigmoid kolon
·
Ketidak mampuan sfingter rectum
berelaksasi
Manifestasi
klinis pada bayi dan anak-anak antara lain:
·
Konstipasi
·
Diare berulang
·
Tinja seperti pipa, berbau busu
·
Distensi abdomen
·
Gagal tumbuh
Diagnosis
atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan mega kolon/penyakit
hisprung prapembedahan antara lain:
·
Konstipasi
·
Kurang volume cairan dan elektrolit
·
Gangguan kebutuhan nutrisi
·
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
c. Patofisiologi
Patofisiologi
dari mega kolon/penyakit hisprung adalah:
·
Sel ganglion parasimpatik dari pleksus
aurbach di kolon tidak ada
·
Peristaltik segmen kolon turun, mengenai
rectum dan kolon kongenital bagian bawah
·
Hipertrofi
·
Distensi kolon bagian proksimal
·
Distensi abdomen
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pasien dengan mega kolon/penyakit hisprung antara lain:
·
Pembedahan
Pembedahan
pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula
dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3
sampai 4 bulan).
·
Konservatif
Pada
neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan
sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
·
Tindakan bedah sementara
Hal
ini dilakukan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang terlambst
didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat. Kolostomi dibuat di kolon
berganglion normal yang paling distal.
Perawatan
yang dilakukan pada pasien dengan mega kolon/penyakit hisprung antara lain:
·
Pada kasus stabil, penggunaan laksatif
sebagian besar dan juga modifikasi diet dan wujud feses adalah efektif
·
Obat kortikosteroid dan obat
anti-inflamatori digunakan dalam mega kolon toksik. Obat ini tidak memadatkan
dan tidak menekan feses menggunakan tuba anorectal dan nasogastrik.
·
Pemeriksaan biopsi rectal digunakan
untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
SUMBER
just share info aja , bagi yg minat membeli kursi roda cp (cereblral palsy) dapat buka di link ini: http://kursiroda.net/Kursi-roda-anak-cp-cerebral-palsy.htm
ReplyDelete