About Me

Visitors

Flag Counter

Saturday 12 November 2011

WANITA PADA SAAT PERSALINAN


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Sekarang disadari bahwa penyakit dan komplikasi obstetric tidak semata-mata disebabkan oleh gangguan organic. Beberapa diantaranya ditimbulkan atau diperbuat oleh gangguan psikologik. Latar belakang timbulnya penyakit dan komplikasi dapat dijumpai dalam berbagai tingkat ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan situasi tertentu yang sedang dihadapi, dalam hal ini khususnya kehamilan, persalinan dan nifas. Karena rasa nyeri dalam persalinan sejak zaman dahulu sudah menjadi pokok pembicaraan diantara wanita, maka banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anknya dengan perasaan takut dan cemas. Tidaklah mudah untuk menghilangkan rasa takut yang sudah berakar dalam itu, akan tetapi dokter dan bidan dapat berbuat banyak dengan membantu para wanita yang disinggapi perasaan takut dan cemas. Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali dokter atau bidan harus dengan kesabarannya meyakinkan calon ibu bahwa kehamilan dan persalinan adalah hal yang normal dan wajar. Dia tidak hanya harus menimbulkan kepercayaan, akan tetapi harus pula menimbulkan anggapan pada wanita yang bersangkutan bahwa ia seorang kawan yang ahli dalam bidangnya dan yang sungguh-sungguh berkeinginan mengurangi rasa nyerinya serta menyelamatkan ibu dan anak. Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama menghadapi persalinan, dukungan yang diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan pemberi perawatan. Dengan alasan itulah penulis mengambil tema permasalahan psikologi yang dihadapi wanita saat menghadapi kelahiran.
  1. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari :
  1. Tujuan umum : untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Psikologi dengan judul “ Permasalahan psikologis pada saat kelahiran
  2. Tujuan khusus : untuk mengetahui perubahan psikologis yang terjadi pada saat kelahiran dan cara mengatasinya”
  1. Pembatasan Masalah
Penulis hanya membatasi masalah mengenai gangguan psikologis pada ibu dalam masa persalinan.
  1. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan makalah ini yaitu,
  • metode pustaka
Penulis menggunakan buku/literatur yang berhubungan dengan tugas yang diberikan untuk menunjang terselesaikannya tugas dengan baik.
  • Metode internet
Penulis menggunakan jasa teknologi yaitu internet dalam mencari materi.

  1. Sistematika Penulisan
Bab I : pendahuluan
Adalah sekumpulan data dan fakta mengenai hal-hal yang berhubungan dengan gangguan psikologis pada masa persalinan. Disamping itu, juga dijelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan .
Bab II : Pembahasan
Berisi
Bab III : Penutup
Berisi simpulan dan saran

BAB II
ISI

A.               GELISAH DAN TAKUT MENGHADAPI PERSALINAN
Saat menghadapi persalinan, terutama untuk wanita yang baru akan memiliki anak pertama merupakan suatu pengalaman baru dan merupakan masa-masa yang sulit bagi seorang wanita. Tidak mengherankan, calon ibu yang akan melahirkan pertama kali diselimuti perasaan takut, panik, dan gugup. Kecemasan yang terjadi pada wanita yang akan memiliki bayi, umumnya disebabkan karena mereka harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan fisik dan psikologis bayi yang banyak menyita waktu, emosi dan energi, sementara itu seorang wanita tetap dibebani untuk mengurus kebutuhan rumah tangga. Pada saat cemas individu akan sangat sulit untuk menyesuaikan diri baik dengan dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan muncul dalam pikiran ibu. Takut bayi cacat, takut harus operasi, takut persalinannya lama, dan sebagainya. Terlebih bila sebelumnya ada teman atau kerabat yang menceritakan pengalaman bersalin mereka, lengkap dengan komentar yang menyeramkan. Alhasil, bukannya tenang, ibu yang hendak melahirkan jadi tambah cemas. Apalagi jika persalinan pertama. “Selain manusia tidak lepas dari rasa khawatir, calon ibu tidak tahu apa yang akan terjadi saat persalinan nanti. Jangankan persalinan pertama, persalinan yang kelima pun masih wajar bila ibu merasa khawatir.”
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang dialami berbeda-beda untuk masing-masing individu. Kecemasan menurut Syarif (2002) dikemukakan sebagai penyakit kecemasan yakni merasa sempit dan penyakit ketakutan, yang juga diartikan sebagai perasaan sempit, disertai dengan adanya kelainan pada anggota tubuh dalam melaksanakan fungsinya seperti : detak jantung yang cepat, jiwa merasa sempit, tidak stabilnya alat pencernaan, susunan syaraf dan otot, kacaunya aktivitas pengeluaran dari berbagai kelenjar yang ada di dalam tubuh dan sebagainya. Kecemasan juga mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa dosa atau bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran atau tidak jelas, seperti orang merasa takut tanpa mengetahui sebabnya ia menjadi takut dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya rasa takut, cemas dan gelisah adalah diantaranya berkaitan dengan dukungan dari keluarga dan mertua membuat individu merasa lebih diperhatikan dalam menjalani kehamilan. Selain itu pengalaman pernah atau belum mengalami persalinan juga dapat memicu stress psikologis bagi sang ibu. Misalnya, bagi ibu yang belum pernah melahirkan atau dengan kata lain dia baru akan memiliki anak pertama, dia akan merasa sangat cemas dan khawatir tentang seperti apa persalian itu, apakah sangat menyakitkan, apakah sakitnya nanti lama atau tidak dan tentang kondisi bayinya nanti apakah bayinya sehat dan normal atau tidak. Puncak kekhawatiran muncul bersamaan dengan dimulainya tanda-tanda akan melahirkan. Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat menambah beban ibu, sehingga kekhawatiran pun bertambah. Pada kondisi inilah perasaan khawatir, bila tidak ditangani dengan baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga persalinan yang diperkirakan lancar, berantakan akibat ibu panik.
Kekhawatiran yang teramat sangat pun bisa membuat otot-otot, termasuk otot di jalan lahir, bekerja berlawanan arah, karena dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir menyempit dan proses persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan. Bahkan bisa sampai terhenti. Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan perasaan yang bercampur baur antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialami semasa persalinan. Kecemasan tersebut muncul karena bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan, walaupun apa yang dibayangkan belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik dan psikologis.
Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya stress psikologis pada diri ibu adalah dengan :
a.       Dari pihak suami
1.      Memberikan perhatian dan dukungan kepada istri selama hamil
2.      Memberikan kasih sayang dan sentuhan hangat kepada istri ketika istri merasa ketidaknyamanan dengan kehamilannya.
3.      Bersedia mengantar dan menemani istri ketika istri ingin memeriksakan atau sekedar berkonsultasi seputar kehamilannya kepada tenaga kesehatan.
b.      Dari pihak keluarga
1.      Membagi pengalaman terutama dari pihak ibu tentang bagaimana persalinan itu, seperti apa rasanya dan seperti apa bangganya seorang ibu dapat melahirkan anak dari rahimnya sendiri.
2.      Memberikan perhatian dengan membawakan kadang-kadang membawakan makanan kepada sang anak tersebut.
c.       Dari pihak tenaga kesehatan
1.      Memberikan penjelasan kepda ibu untuk terus menjaga kehamilannya nanti sampai waktu untuk melahirkan yaitu misalnya dengan makan-makanan yang bergizi dan melakukan olahraga setiap harinya dengan berjalan-jalan pada waktu pagi hari.
2.      Memberikan pengertian mengenai tanda-tanda persalinan atau kelahiran dan bagaimana nanti jalannya persalinan.
    1. Memberitahukan pentingnya religiusitas bagi wanita hamil yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Karena menurut Meichati (1983) mengemukakan kehidupan beragama dapat memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan sebagaimana yang telah digariskan Tuhan. Penyelesaian masalah hidup melalui keagamaan akan meningkatkan kehidupan ke nilai spiritual sehingga memperoleh keseimbangan mental. Agama juga dapat mempengaruhi kepribadian dan memberikan jalan untuk mendapatkan rasa aman, tidak takut atau cemas, gelisah dalam menghadapi persoalan hidup.

B.   GANGGUAN BOUNDING ATTACHMENT
1.     Pengertian Bounding Attachment
a.       Menurut Nelson Bounding attachment adalah terdiri dari 2 kata yaitu bounding dan attachment. Bounding merupakan proses pembentukan. Sedangkan attachment merupakan membangun ikatan. Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi.
b.      Menurut Maternal dan Neonatal Health, bounding attachment  adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
c.       Menurut Parmi (2000), bounding attachment adalah suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
d.      Menurut Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bounding attachment adalah suatu proses untuk membangun ikatan lahir dan batin antara orang tua dengan bayinya atau anaknya. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
2.     Tahap-Tahap Bounding Attachment
a.       Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b.      Bounding (keterikatan),
c.       Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
3.     Elemen-elemen Bounding Attachment
a.       Sentuhan
Sentuhan, atau indera peraba, dipakai seara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru loahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni pengasuh memulai eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya. Gerakan ini dipakai menenangkan bayi.
b.      Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak wktu utuk salaing memandang. Beberap ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat degan bayinya
c.       Suara
Saling mendenganr dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Sedangkan bayi akan menjadi tenag dan berpaling kea rah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
d.      Aroma
Perilaku lain yang terjalaina antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap aroma / bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
e.       Entraiment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraaan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikut nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mula berbicara. Irama ini berfungsi member umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
f.       Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibuya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan member kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu sat bayi mengembangkan perilaku yang responsive. Hal ini dapat meningkatkan interaksi social dan kesempatan bayi untuk belajar.
g.      Kontak dini
Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting hubungan orang tua-anak. Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini:
1.      Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat
2.      Reflek menghisap dilakukan dini
3.      Pembentuk kekebalan aktif dimulai
4.      Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak
h.      Body warmth (kehangatan tubuh)
i.        Waktu pemberian kasih sayang
j.        Stimulasi hormonal
C.   Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
1.      Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2.      Sentuhan orang tua pertama kali.
3.      Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4.      Kesehatan emosional orang tua.
5.      Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6.      Persiapan PNC sebelumnya.
7.      Adaptasi.
8.      Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9.      Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10.  Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11.  Penekanan pada hal-hal positif.
12.  Perawat maternitas khusus (bidan).
13.  Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
14.  Informasi bertahap mengenai bounding attachment
D.   Keuntungan Bounding Attachment
1.      Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2.      Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
3.      Meningkatkan kedekatan secara emosional antara ibu dan bayinya.
E.    Gangguan Bounding Attachment
1.      Respon ayah dan keluarga
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga. Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira serta gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai waktunya membaw pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emonsional dengan istirnya. Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.
Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan dengan perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah yaitu merawat anak dan rumah tangga sehari-hari.
2.      Sibling Rivally
Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan. Anak mungkin memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat teman bermain baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau segera bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan tidak dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan seberapa besar persaigan yang terjadi di antara saudara kandung.
Tidak mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang lebih besar mengatasi perubhahn itu. Usahakan agar anak yang lebih besar mendapat beberapa keistimewaan, mungkin dengan waktu tidur lebih larut atau waktu khusus untuk perhatian yang tidak terbagi untuknya. Pastikan pula bahwa anak yang lebih kecil dilindungi dari perlakuan marah dan suka memerintah dari anak yang lebih besar, lebih kuat dan lebih pandai.
Percekcokan yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang lazim di antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila kit mengharapkan seseorang anak selalu bertindak adil menurut standar orang dewaasa. Barna gkali lebih baik mengajar semua anak karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi daripada mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tanpa bisa dihindari sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar seorang anak jangan selalu diberi dukungan dengan mengorbakan anak lain.
Jika saudara kandung adalah anak prasekolah, dia akan lebih dapat lebih memahami apa yang sedang terjadi. Dengan mempersiapkan dia selama kehamilan, orang tua dapat membantu mengurangi kebingungan atau rasa irinya. Dia dapat memahami fakta dasar dari situasi tersebut dan dia kemungkinan akan sangat ingin tahu tentang orang yang ingin dia ketahui ini. Begitu bayi lahir, anak yang lebih besar merasa kehilangan orang tuanya dan marah karena bayi akan menjadi pusat perhatian baru. Tetapi dengan memuji dia karena telah memabtu dan bertindak seperti “orang dewasa” akan membuat anak tahu bahwa dia juga mempunyai peran baru yang penting untuk dimainkan. Pastikan bahwa anak mendapatkan waktu menjadi “orang penting” dan diizinkan menjadi “bayi” sewaktu dia merasa perlu. Selain itu sering diberikan kesempatan agar dia tahu bahwa ada scukup ruang dan cinta kasih dalam hati orang tua untuk mereka berdua.
Jika saudara kandung sudah memasuki usia sekolah, dia mungkin tidak lagi merasa terncam oleh pendatang baru dalam keluarga. Bahkan kemungkinan besar dia kagum dengan proses kehamilan dan persalinan, serta ingin sekali bertemu dengan bayi yang baru.
3.      Kurangnya support sistem.
Kurangnya perhatian dari suami dan keluarga kepada ibu yang telah melahirkan akan menjadikan psikologis dari seorang ibu akan terganggu. Ibu mungkin akan berfikir “anakku ini adalah anak yang tidak diharapkan oleh suami dan keluargaku”. Selain itu ibu juga akan berfikir “mereka semua perhatian kepadaku hanya ketika aku hamil tapi setelah aku melahirkan mereka sudah tidak mempedeulikanku dan membiarkanku merawat bayiku sendiri karena mungkin mereka pikir aku sudah sehat”. Hal itu akan berdampak buruk pada hubungan antara si anak dan ibu, karena ibu tersebut akan malas untuk mengasuh anaknya.
4.      Ibu dengan resiko (ibu sakit).
Ibu yang sakit-sakitan akan berkonsentrasi untuk kesehatannya dan anaknya biasanya dirawat oleh mertua atau suaminya. Ibu akan kehilangan banyak waktu dengan anknya sehingga itu juga dapat memperenggang kedekatan ibu dengan anaknya.
5.      Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
Bayi dengan cacat fisik yang dilahirkan dari keluarga yang sehat dan normal dapat juga menjadi salah satu penyebab ketidakdekatan antara sang ibu dan bayinya. Ibu mungkin merasa malu dengan anak yang dilahirkannya. Ibu merasa bahwa anaknya itu adalah sebuah aib besar. Ibu cenderung akan tidak mempedulikan ankanya, jahat kepda anknya dan suka mencemooh anaknya ketika si anak besar kelak. Hal ini juga berdampak tidak baik bagi psikis si anak karena dia akan merasa tidak diakui anak oleh ibunya dan merasa tidak terima dengan kecacatan fisik yang ia alami.
6.      Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Bayi yang lahir dari hasil hubungan yang tidak diinginkan akan menjadikan suatu dosa yang diderita oleh ibu selam hidupnya. Dia akan merasa hak kebebasannya yang seharusnya masih ia miliki terampaas dengan adanya anak itu. Dia juga akan membenci si anak.
F.    Cara mengatasi gangguan bounding attachment
1.      Dengan menanamkan pemikiran dalam hati bahwa anak itu adalah anugrah dari Tuhan kepada kita semua yang kita diberi tugas untuk menjaga, menyayangi, mencintai, dan membimbingnya menuju ke jalan yang benar agar masa depan anak tersebut cerah dan nantinya akan menjadi pribadi yang baik di dunia dan di akhirat.
2.      Memberikan suatu pemahaman bahwa apabila anak yang dilahirkan memiliki kekurangan, maka sebagai orang tua harus memiliki suatu pandangan bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu, orang tua harus menerima kekurangan anaknya dengan hati yang lapang.

BAB III
PENUTUP

A.       KESIMPULAN
1.      Gelisah dan takut yang dialami oleh ibu selama persalinan adalah suatu hal yang wajar, sebagai tenaga kesehatan kita harus memaklumi dan sebisa mungkin memberikan konseling agar gelisah dan takut yang dialami ibu berkurang.
2.      Bounding Attachment adalah suatu ikatan antara bayi dengan ibunya dimulai dari masa kehamilan sampai kelahiran.
B.      SARAN
1.      Dari pihak keluarga dapat memberikan suatu dukungan agar ibu tidak merasa gelisah dan takut dalam menghadapi persalinan.
2.      Dari pihak tenaga kesehatan dapat memberikan pengetahuan kepada ibu tentang bagaimana persalinan itu dan seperti apa rasanya sehingga ibu tidak merasa takut untuk menghadapi persalinan.
3.      Pendidikan bounding Attachment harus diberikan oleh tenaga kesehatan agar ibu dapat meningkatkan ikatan kasih sayangnya dengan si bayi.


DAFTAR PUSTAKA


  1. Pitt, Brice. Kehamilan dan Persalinan. 1996. Jakarta. Arcan
  2. Tarwoto-Wartona. Kebutuhan Dasar  Manusia dan Proses Keperawatan. 2004. Jakarta. Salemba Medika

Thursday 3 November 2011

PENYAKIT INFEKSI KARENA IMUNOLOGI PADA IBU DAN ANAK [MAKALAH]


PENYAKIT INFEKSI KARENA IMUNOLOGI
PADA IBU DAN ANAK

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif. Kemampuan sistem untuk merespon patogen berkurang pada golongan muda dan tua. Dengan respon imun mulai berkurang pada usia sekitar 50 tahun karena Imunosenescence. Dinegara-negara berkembang obesitas, penggunaan alkohol, narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk. Belakangan ini adalah akibat paling umum yang menyebabkan defisiensi imun di negara berkembang. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuan untuk melindungi tubuh juga berkurang. Membuat patogen juga termasuk yang menyebabkan penyakit. Seperti Syndrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan Retro virus HIV. Apabila AIDS ini diderita oleh wanita yang sedang mengandung, maka janin wanita tersebut jelas akan tertular AIDS ini. Imunitas bawaan dan adaptif tergantung pada sistem imun untuk memusnahkan baik molekul asing oleh sistem imun. Sebaiknya molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing.
B.     Tujuan
    1. Mensosialisasikan penyakit infeksi karena imunologi khususnu\ya pada ibu dan anak
    2. Meningkatkan kewaspadaan pembaca akan bahaya penyakit infeksi karena imunologi pada ibu dan anaksendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri adalah komponen tubuh organisme yang dapat di musnahkan dari bahan
    3. Memaparkan lebih jelas penyakit infeksi karena imunologi
    4. Mengetahui penularan penyakit karena imunologi
    5. Merupakan gangguan karena imunitas
C.    Dasar Teori
    1. Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor
    1. Lapisan Pelindung pada Imunitas
Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi, dengan lapisan pelindung kekhususan yang meningkat
    1. Perisai permukaan
Beberapa perisai melindungi organisme dari infeksi, termasuk perisai mekanikal, kimia dan biologi
    1. Imunitas bawaan
Sistem imun bawaan adalah sistem dominan pertahanan seseorang pada kebnyakan organisme
    1. Pelindung Humoral dan Kimia
    2. Peradangan
Peradangan adalah salah satu dari respon partama sistem imun terhadap infeksi
    1. Sisten Komplemen
Sistem Komplemen adalah kaskade biokimia yang menyerang permukaan sel asing
    1. Perisai Selular sistem imun bawaan
    2. Imunitas Adaptif
    3. Limfosit sel
Sistem imun adaptif dengan tipe spesial leukosit
    1. Sel T pembunuh
Sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus/merusak dan mematikan patogen
    1. Sel T pembantu
Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu menentukan tipe respon imun mana yang tumbuh akan membuat pada patogen khusus
    1. sel T g d
    2. Antibodi dan limfosit B
    3. Imunitas adaptif alternatif
    4. Memori imunologi
    5. Memori pasif
    6. Gangguan pada imunitas
1.      Definisi umum
2.      Autoimunitas
3.      Hipersensitifitas
    1. Sejarah imunologi
o   imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas, penemunya Paul Ehrlich
o   Louis Pasteur meneliti vaksinasi dan teori penyakit kuman
o   Robert Kock 1891 membuktikan bahwa mikroorganisme penyebab penyakit infeksi
o   Walferd Reed 1901 menemukan virus demam kuning
o   Paul Erlich mengusulkan teori rantai sisi
o   Ellie Metchnikoff pendiri imunologi seluler
o   Metodelogi
o   Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini cara kami mencari data-data adalah melalui:
o   Browsing
o   Metode pengumpulan data dengan cara mengunjungi website-website diinternet yang berhubungan dengan permasalahan yang terkait.
















BAB II
ISI

Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Infeksi Torch Pada Kehamilan
Berbahaya bagi janin
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
1.TOXOPLASMA
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.

2.RUBELLA
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

3.CYTOMEGALOVIRUS(CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
4.HERPES SIMPLEKS TIPE II
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
5.HIV/AIDS
Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman yang berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami peningkatan pesat. Peningkatan yang tajam banyak dijumpai pada kasus orang dewasa terutama pengguna narkoba, pekerja seks maupun pelanggannya.
Menurut data Dirjen P2MPLP Depkes RI, tercatat sejak April 1987 hingga Maret 2004 terdapat 4.159 kasus HIV/ AIDS dengan 2.746 menderita HIV, 1.413 menderita AIDS dan 493 meninggal dunia. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV/ AIDS sekitar 120.000 orang dan infeksi baru sekitar 80.000 orang. Angka-angka tersebut diatas diperoleh dari pemeriksaan darah anonymunlinked yang artinya darah yang diperiksa tidak diketahui orangnya. Karena masa inkubasi HIV/ AIDS sekitar 5-10 tahun dan masih adanya penolakan dari penderita yang terinfeksi. Perlu diingat bahwa HIV/ AIDS belum ada vaksin untuk mencegah dan cara pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung pada kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu hidup sehat dan penggunan kondom bagi yang berperilaku resiko tinggi. Adapun tujuan dari penanggulangan ini adalah megurangi dampak sosial dan ekonomi serta mencegah dan memberantas penyakit infeksi menular seksual. Bayangan ancaman pada tahun 2010 sekitar 100.000 orang yang menderita/ meninggal akibat AIDS dan 1 juta orang mengidap virus HIV.
Definisi
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari  Human Immunodeficiency Virus.
Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.
Gejala Infeksi HIV/ AIDS
  • Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan  tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
  • Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun.
  • Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk dalam fase AIDS.
  • AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam,  penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama,  infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

Stadium Infeksi
AIDS Council of NSW
Stadium 1 Infeksi primer:
Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali dengan keluhan “seperti flu”.
Stadium 2 Kelainan tanpa gejala:
Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai beberapa tahun.
Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala:
Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, keringat malam, dll.
Stadium 4 Kelainan berat:
Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena daya tahan tubuh yang menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).
WHO
Stadium I
Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap. Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.


Stadium II
Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi bakteri. Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.
Stadium III
Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.
Stadium IV
  • Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
  • Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
  • Toksoplasmosis pada otak.
  • Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
  • Kriptokokosis di luar paru.
  • Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.
  • Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.
  • PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.
  • Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
  • Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
  • Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
  • Septikemia salmonela bukan tifoid.
  • TB di luar paru.
  • Limfoma.
  • Kaposi’s sarkoma.
  • Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.
Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir.
Kelompok Resiko
Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS adalah pekerja seks komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat, kaum homoseksual, penyalahguna narkoba suntik dan penerima darah atau produk darah yang berulang.

Dampak HIV/ AIDS
Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah : menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian tinggi dikarenakan penularan virus HIV/ AIDS pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih kuat.
Cara Penularan
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.
Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik yang digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan hasil olahan darah, transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan maupun menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.
Penularan HIV/ AIDS :
  • Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
  • Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV.
  • Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.
  • Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.
HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan, tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.
Cara Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami), penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan seksual  aman). Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.
Pemeriksaan HIV/ AIDS
Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam pencegahan dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan setiap 6 bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi faktor resiko.  Apabila sudah terdiagnosis infeksi HIV dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western blot dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk negara berkembang dinjurkan oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang dilakukan 2-3 kali.
Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan infeksi HIV :
1. Tes Elisa – Keuntungan : murah; efisien; cocok untuk testing dalam jumlah besar; dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian HIV; cocok dalam surveilans dan pelayanan transfuse darah terpusat. Kelemahan : butuh staf dan tehnisi laboratorium yang terampil dan terlatih; peralatan canggih; sumber listrik konstan; waktu yang cukup.
2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat; menggunakan sampel darah lengkap (whole blood); tidak butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh staf dengan pelatihan terbatas; tidak perlu listrik; dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel; hasil mudah dibaca; punya kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal untuk spesimen terbatas. Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin pendingin (2o C dan 30 o C); meningkatkan potensi testing wajib; pemberitahuan hasil tes tidak terpikirkan implikasinya.
3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih sederhana; cocok untuk orang yang menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja; lebih aman (karena mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing yang spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing mandatory; mendorong timbulnya mitos penularan HIV lewat ciuman; belum banyak dievaluasi di lapangan.
4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk memastikan suatu hasil positif dari tes pertama. Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus; pemeriksa harus terlatih.
5. Antigen Virus - Keuntungan : mengetahui infeksi dini HIV; skrinning darah; mendiagnosis infeksi bayi baru lahir; memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan : kurang sensitif untuk tes darah.
6. VCT (Voluntary Counseling And Testing) - Kelemahan : perlu pelayanan konseling yang efektif; konselor perlu disupervisi; konselor terkadang perlu konseling.
Pengobatan HIV/ AIDS
Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV (antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.
 Jenis obat-obat antiretroviral :
  • Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
  • Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.
  • Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).
  • Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
  • Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
  • Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.
Perawatan dan Dukungan
Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting sekali. Hal tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan. ODHA sangat memerlukan teman untuk memberikan motivasi hidup dalam menjalani kehidupannya. HIV/ AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang mengidap HIV/ AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa yang mereka inginkan.
Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS
1) Makan makanan bergizi. 2) Tetap lakukan kegiatan dan bekerja/ beraktivitas. 3) Istirahat cukup. 4) Sayangilah diri sendiri. 5) Temuilah teman/ saudara sesering mungkin. 6) Temui dokter bila ada masalah/ keluhan. 7) Berusaha untuk menghindari infeksi lain, penggunaan obat-obat tanpe resep dan hindari mengurung diri sendiri.
Perawatan di rumah (home care)
1. Melakukan pendidikan pada odha dan keluarga tentang pengertian, cara penularan, pencegahan, gejala-gejala, penanganan hiv/ aids, pemberian perawatan, pencarian bantuan dan motivasi hidup.
2. Mengajar keluarga ODHA tentang bertanya dan mendengarkan, memberikan informasi dan mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar dan menjawab pertanyaan, menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar dan mandiri serta pemecahan masalah.
3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci tangan, menjaga kain sprei dan baju tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.
4. Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air bersih dan matang untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung saat batuk/ bersin, buanglah sampah pada tempatnya.
5. Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan obat nyamuk.
6. Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan memberikan makanan terbaik (ASI), memberikan imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah terinfeksi, serta memperlakukan anak secara normal.
7. Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA.
Gejala-gejalanya seperti demam, diare, masalah kulit, timbul bercak putih pada mulut dan tenggorokan, mual dan muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan serta kecemasan dan depresi.
8. Perawatan paliatif (untuk memberikan perasaan nyaman dan menghindari keresahan, membantu belajar mandiri, menghibur saat sedih,membangun motivasi diri).
 
BAB  III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang.
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
B.     Saran
Gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil oleh karena itu kami mengharapkan pembaca meningkatkan kewaspadaan akan penyakit ini. Semoga pembaca mendapat pengetahuan yang bermanfaat dari makalah kami ini. Dalam makalah kami ini tentunya masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.